Indonesia Dipertimbangkan Jadi Lokasi Uji Klinis Vaksin Kanker Asal Rusia, Pakar Ingatkan Risiko dan Potensi Manfaat

banner 120x600

Jakarta, 12 September 2025 – RESKRIMPOLDA.NEWS

Publik Indonesia tengah dihebohkan oleh kabar rencana pelaksanaan uji klinis vaksin kanker asal Rusia di tanah air. Kabar ini menimbulkan beragam reaksi, mulai dari harapan besar hingga kekhawatiran terhadap potensi risiko yang mungkin muncul.

Epidemiolog Dicky Budiman mengingatkan pemerintah agar tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Menurutnya, terdapat sejumlah aspek krusial yang harus diperhatikan sebelum uji klinis benar-benar dilakukan di Indonesia.

Dicky menyoroti beberapa potensi bahaya yang harus diantisipasi, di antaranya:

  • Efektivitas vaksin yang belum terbukti kuat, sehingga belum ada jaminan keberhasilan.
  • Kemungkinan pelanggaran etik penelitian, terutama jika tidak sesuai dengan standar internasional.
  • Beban biaya riset yang berpotensi memberatkan anggaran negara apabila tidak dikelola dengan baik.

Ia menekankan pentingnya komunikasi risiko sejak awal kepada publik agar masyarakat memahami bahwa vaksin ini masih berada dalam tahap penelitian, bukan produk medis siap edar.

Meski begitu, Dicky juga menyatakan bahwa apabila uji klinis membuktikan keberhasilan vaksin, Indonesia berpotensi memperoleh sejumlah keuntungan strategis, antara lain:

  • Menjadi negara pertama yang mendapatkan akses terhadap teknologi vaksin kanker terbaru.
  • Mendorong penguatan riset kesehatan lokal serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang biomedis.
  • Membuka peluang kerja sama internasional di bidang penelitian dan pengembangan obat serta vaksin.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah mengirimkan tim khusus untuk melakukan penilaian komprehensif terhadap kelayakan uji klinis di Indonesia. Evaluasi ini mencakup aspek keamanan, etika, biaya, dan potensi manfaat jangka panjang.

Adapun vaksin kanker asal Rusia tersebut diklaim mampu mengecilkan ukuran tumor hingga 80%, sebuah klaim yang masih membutuhkan verifikasi melalui uji klinis terstandar.

[RED]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *