Jakarta, 19 Juni 2025 — RESKRIMPOLDA.NEWS
Berdasarkan data terkini dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) hingga bulan Maret 2025, tercatat sekitar 2.700 remaja berusia 15 hingga 19 tahun di Indonesia terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Mayoritas dari mereka tertular akibat minimnya pemahaman terkait penularan, tidak mengetahui langkah-langkah pencegahan yang efektif, serta terlibat dalam lingkungan sosial dengan tingkat risiko penularan yang tinggi.
Kurangnya Edukasi Jadi Titik Lemah Pencegahan
Kemenkes menyebutkan bahwa tingginya angka infeksi pada kelompok usia muda berkaitan erat dengan ketidaktahuan akan risiko perilaku seksual, kurangnya akses terhadap edukasi kesehatan reproduksi, serta norma sosial yang kerap menutup pembahasan mengenai HIV dan seksualitas.
Upaya Pencegahan: Kombinasi Intervensi Medis & Perubahan Perilaku
Mengacu pada pedoman dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), pencegahan HIV membutuhkan strategi yang menyeluruh dan berkelanjutan, termasuk:
- Penggunaan kondom secara konsisten dan dengan cara yang tepat, terutama bagi individu dengan aktivitas seksual tinggi atau pasangan yang tidak tetap.
- Melakukan pemeriksaan HIV secara berkala, guna mengetahui status kesehatan sejak dini.
- Mengonsumsi PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis), yaitu obat pencegah HIV yang sangat efektif jika dikonsumsi secara rutin sebelum berisiko terpapar.
- Menghindari penggunaan jarum suntik secara bergantian serta memastikan semua peralatan medis bersifat steril dan aman.
- Perempuan hamil yang positif HIV wajib menjalani pengobatan antiretroviral (ART) guna menurunkan risiko penularan HIV ke janin/bayi.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui pendidikan dan penghapusan stigma, agar individu tidak takut untuk melakukan tes dan memulai pengobatan.
Tanggung Jawab Bersama: Putus Mata Rantai Penularan
Penanggulangan HIV tidak bisa hanya dibebankan kepada petugas medis maupun penderita. Masyarakat luas turut memegang peran kunci dalam memutus mata rantai penyebaran HIV, dengan cara:
- Menumbuhkan empati terhadap penderita HIV,
- Membuka ruang diskusi yang sehat terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi, serta
- Mendukung penyediaan akses informasi dan layanan kesehatan yang ramah remaja.
[RED]