China Luncurkan Pusat Data Bawah Laut Bertenaga AI Pertama di Dunia – Tantangan Baru untuk Keamanan Siber Global?

China Luncurkan Pusat Data Bawah Laut Bertenaga AI Pertama di Dunia – Tantangan Baru untuk Keamanan Siber Global?
banner 120x600

Hainan, Tiongkok, 21 Mei 2025 — RESKRIMPOLDA.NEWS

Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok kembali menjadi sorotan dunia internasional, kali ini bukan karena manuver politik atau konflik wilayah, melainkan sebuah terobosan radikal di bidang teknologi digital dan kecerdasan buatan. Negeri Tirai Bambu tersebut resmi meluncurkan fasilitas pusat data bertenaga AI pertama di dunia yang beroperasi di bawah permukaan laut, tepatnya di perairan sekitar Pulau Hainan, Laut Tiongkok Selatan.

Langkah ini dipandang sebagai strategi geoteknologi baru, yang berpotensi menggeser peta dominasi infrastruktur digital global dan memunculkan tantangan tersendiri di ranah keamanan data serta pengawasan siber.

Fasilitas Revolusioner dengan Efisiensi Maksimal
Fasilitas bawah laut ini dirancang untuk mengatasi dua hambatan utama yang selama ini membatasi efisiensi pusat data konvensional, yakni pendinginan sistem dan penggunaan lahan yang mahal. Setiap modul bawah air mampu mengakomodasi sekitar 400 unit server berperforma tinggi, setara dengan kinerja gabungan dari 30.000 unit PC gaming kelas atas.

Lebih mencengangkan lagi, waktu pembangunan fasilitas ini jauh lebih singkat dibandingkan infrastruktur darat. Dalam kurun hanya 90 hari, satu unit modul bawah laut sudah dapat dioperasikan secara penuh—mengungguli pusat data konvensional yang membutuhkan waktu pembangunan bertahun-tahun.

Pendinginan Alami dan Efisiensi Energi
Alih-alih menggunakan sistem pendingin mekanis yang boros energi, pusat data bawah laut ini mengandalkan air laut sebagai media pendingin alami, yang secara langsung menurunkan suhu sistem dan menghemat energi dalam jumlah besar.

Berdasarkan data resmi, efisiensi energi yang tercapai menyentuh angka penghematan sebesar 922 juta kilowatt-jam (kWh) per tahun, menjadikannya salah satu fasilitas pusat data paling hemat energi di dunia saat ini.

Sebagai perbandingan, pusat data global saat ini menyumbang sekitar 1% dari konsumsi energi dunia, yang sebagian besar digunakan hanya untuk menjaga kestabilan suhu perangkat keras.

Hemat Lahan, Hemat Anggaran
Penggunaan dasar laut sebagai lokasi pembangunan turut memberikan efisiensi dari sisi anggaran lahan. Biaya lahan hanya mencapai 7,1 dolar AS per hektare, jauh lebih murah dibandingkan rata-rata biaya lahan daratan sebesar 355,83 dolar AS per hektare.

Selain itu, indeks efisiensi penggunaan energi (RTOE) fasilitas ini tercatat hanya 1,1, jauh lebih rendah dari rata-rata global sebesar 1,55, menunjukkan kinerja energi yang sangat optimal.

Aspek Geopolitik dan Risiko Keamanan Siber
Meski pencapaian ini menuai pujian di kalangan industri teknologi, berbagai pihak mulai menyoroti potensi ancaman dari keberadaan pusat data bawah laut ini terhadap ekosistem siber global. Di tengah meningkatnya tensi geopolitik dan persaingan teknologi antarnegara, penggunaan lokasi strategis di wilayah maritim berdekatan dengan kawasan rawan konflik seperti Laut Tiongkok Selatan, menimbulkan pertanyaan soal transparansi, pengawasan internasional, dan potensi penggunaan data secara unilateral.

Pengamat teknologi menilai bahwa langkah ini dapat menjadi batu loncatan bagi dominasi infrastruktur AI global oleh Tiongkok, sekaligus menciptakan tantangan baru bagi sistem keamanan data transnasional dan kerja sama siber lintas batas negara.

[REDAKSI]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *