Warga Cigugur Gelar Mapag Sri, Syukuri Kedatangan Panen Raya

banner 120x600

Reskrimpolda.news – Subang, 14 April 2025 – Ratusan petani dan warga Desa Cigugur, Kecamatan Pusaka Jaya, Subang, menggelar tradisi “Mapag Sri” sebagai bentuk syukur jelang panen raya. Ritual tahunan ini digelar dengan harapan hasil padi melimpah, terhindar dari hama wereng, sekaligus menjaga warisan leluhur.

Mapag Sri, yang dalam bahasa Jawa halus berarti “menjemput padi”, merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Sunda dan Jawa sebagai wujud terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ritual ini tidak hanya simbolis, tetapi juga menjadi pengingat akan kearifan lokal dalam menjaga harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas.

“Setiap tahun, kami tak pernah absen mengadakan *Mapag Sri*. Ini cara kami bersyukur sekaligus menghormati ajaran nenek moyang yang sudah menjaga tanah ini subur,” ujar seorang petani setempat saat diwawancarai *Reskrimpolda.news*. Menurutnya, tradisi ini juga menjadi momentum menyatukan warga, terutama generasi muda, agar tak lupa dengan akar budaya.

Prosesi diawali dengan kirab mengelilingi sawah, diikuti pembacaan doa bersama dan persembahan hasil bumi seperti padi, palawija, serta tumpeng. Warga mengenakan pakaian adat Sunda, sambil melantunkan *kidung* syukur. Puncak acara ditandai dengan pembagian *berkah bumi* berupa beras dan hasil panen kepada masyarakat, sebagai simbol kemakmuran yang dibagi merata.

Kades Cigugur, Asep Saepudin, menegaskan bahwa *Mapag Sri* bukan sekadar seremoni. “Ini adalah filosofi hidup kami. Alam yang memberi rezeki harus dihormati dengan cara merawatnya, bukan mengeksploitasi,” tegasnya. Ia juga menyebut, desanya konsisten mempertahankan sistem pertanian organik sebagai bentuk nyata pelestarian tradisi.

Para pengamat budaya menilai, geliat *Mapag Sri* di Desa Cigugur menjadi contoh langka di tengah gempuran modernisasi. Ritual ini tak hanya menjaga identitas, tetapi juga mengajarkan *sustainability* pertanian. “Di balik atraksi budaya, ada pesan penting: lestarikan alam, maka alam akan memberi kehidupan,” pungkas Budayawan Sunda, Dedi Kurnia, yang turut hadir.

Dengan semangat yang sama, warga berharap tahun ini panen mencapai 8 ton per hektar—angka tertinggi dalam lima tahun terakhir. 

(Red/Mandala)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *