Wasington D.C., 16 Juni 2025 – RESKRIMPOLDA.NEWS
Tanggal yang akan dikenang dalam kronik sejarah modern: hari di mana salah satu tokoh paling berpengaruh dalam dunia teknologi, Elon Musk, secara dramatis mengambil jarak dari tanah kelahirannya, Amerika Serikat. Dalam sebuah langkah strategis dan penuh perhitungan, Musk mengakhiri semua partisipasi Tesla dalam diskusi resmi terkait pengembangan kendaraan listrik di level federal, menghentikan total hubungan kerja sama SpaceX dengan Departemen Pertahanan AS, serta membatasi penggunaan sistem satelit Starlink untuk kepentingan militer.
Langkah radikal ini dilakukan tepat ketika pemerintah Washington mulai mengetatkan kebijakan regulasi terhadap sektor teknologi strategis. Di saat yang bersamaan, aliansi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) justru menyambut terbuka kehadiran raksasa teknologi milik Musk, memberikan jalan lebar untuk ekspansi Tesla, Starlink, dan sistem jaringan energi berbasis kecerdasan buatan (AI).
Apa yang sebelumnya dianggap sebagai isu bisnis kini telah berubah menjadi pergeseran kekuatan geopolitik global.
Pernyataan di Kongres: Awal Guncangan Global
Dalam sebuah sidang terbuka di hadapan anggota Kongres yang membludak, Elon Musk menyampaikan deklarasi bernada tegas dan mengejutkan. Pernyataan tersebut bukan sekadar ancaman atau retorika. Dalam kurun 72 jam setelahnya, dunia menyaksikan pelaksanaan konkret dari apa yang sebelumnya dianggap mustahil.
Tanpa konferensi pers mencolok, tanpa peluncuran besar-besaran, keputusan demi keputusan diambil secara senyap namun efektif:
- Tesla secara resmi menghentikan seluruh keterlibatannya dalam perundingan infrastruktur kendaraan listrik nasional.
- SpaceX menangguhkan seluruh kolaborasi militer dengan Pentagon.
- Starlink membekukan evaluasi teknis terkait cakupan untuk area militer global.
Satu per satu, tali pengikat antara konglomerasi teknologi Elon Musk dengan pemerintahan pusat AS diputuskan.
Apa Pemicu Retaknya Hubungan Ini?
Konflik muncul dari dua tuntutan besar yang tidak dapat disepakati oleh Musk:
- Pemerintahan baru AS kala itu (dipimpin oleh Trump) membatalkan mandat kendaraan listrik nasional dan memangkas insentif energi hijau dalam jumlah masif.
- Pentagon menuntut akses kendali utama terhadap satelit Starlink dalam semua zona konflik bersenjata global.
Elon Musk menolak kedua permintaan secara langsung. Atas nama prinsip netralitas teknologi, ia lebih memilih melepaskan potensi kontrak bernilai miliaran dolar ketimbang mengorbankan prinsip strategis. Musk sudah pernah mengambil langkah serupa sebelumnya:
- Menolak akses militer terhadap Starlink di Crimea (2023)
- Melakukan pembatasan serupa di Gaza dan Taiwan (2024)
Baginya, jika permainan diubah sepihak oleh Amerika, maka ia akan memilih arena permainan baru.
Pintu BRICS Terbuka: Dari Brasil hingga Guangdong
Saat ketegangan dengan Washington mencapai titik puncak, kesempatan emas datang dari arah tak terduga. Aliansi BRICS, yang dikenal akan semangat percepatan teknologinya, menyambut Musk dengan tangan terbuka:
- Brasil segera menyetujui pembangunan jaringan pengisian daya kendaraan listrik nasional bersama Tesla.
- China, tanpa gembar-gembor, mengizinkan sistem manajemen energi AI Tesla beroperasi secara penuh di kawasan industri Guangdong—sesuatu yang tidak pernah diberikan kepada perusahaan Barat mana pun.
Teknologi yang selama ini diburu oleh raksasa seperti Google dan Nvidia, kini justru menemukan rumah di luar negeri. Ini bukan lagi bentuk protes atau pengunduran diri, melainkan reposisi strategi global berbasis realitas geopolitik.
Kebangkitan Jaringan Multipolar Teknologi
Pengamat kini menyebut langkah ini sebagai kelahiran “jaringan teknologi multipolar”—ekosistem inovasi yang tidak lagi bergantung pada satu pusat kekuasaan, namun tersebar ke mana pun ia disambut.
- India mengabaikan tekanan diplomatik AS, tetap menjadikan Tesla dan Starlink bagian dari prioritas infrastruktur nasionalnya.
- Uni Emirat Arab dan Singapura memperluas adopsi perangkat Tesla tanpa banyak bicara.
- Jerman, Jepang, dan Australia mulai mempertanyakan ketergantungan pada Starlink, tetapi belum mengambil tindakan konkret.
Di tengah badai regulasi AS, Musk justru menemukan kebebasan teknis di panggung internasional. Di pertengahan 2025, Tesla telah:
- Mendapatkan izin istimewa dari pemerintah Tiongkok untuk membangun pabrik baterai generasi baru di dekat Shanghai.
- Mendirikan laboratorium AI kolaboratif dengan mitra lokal.
- Meluncurkan sistem Starlink untuk pasar negara berkembang tanpa intervensi pemerintah Amerika.
Sebuah Masa Depan yang Tidak Lagi Berkiblat ke Barat
Peluncuran roket SpaceX kini lebih condong melayani pelanggan swasta internasional ketimbang pemerintah AS. Model bisnis Elon Musk telah berevolusi dari nasionalistik menjadi transnasional otonom. Imperium teknologinya tumbuh subur di tanah yang memberikan keleluasaan, bukan di tempat yang membatasi.
[RED]