MINA, ARAB SAUDI, 8 Juni 2025 – RESKRIMPOLDA.NEWS
Situasi kurang menggembirakan kembali menyelimuti penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Ketidakberesan dalam penanganan jamaah asal Indonesia mencuat ke permukaan setelah ratusan peserta haji, terutama yang berasal dari Provinsi Aceh, dilaporkan terlantar tanpa fasilitas tenda selama berhari-hari di kawasan Mina, Arab Saudi.(6/6/25)
Informasi tersebut disampaikan langsung oleh Anggota Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR RI, Muslim Ayub, yang menyebut bahwa penyelenggaraan ibadah haji 2025 merupakan yang paling buruk sepanjang tiga dekade terakhir.
“Bayangkan saja, selama tiga hari penuh jamaah kita, termasuk para lanjut usia, tidak mendapatkan tempat istirahat yang layak. Bahkan sekitar 150 orang harus dipindahkan ke fasilitas medis karena tidak kebagian tenda,” ungkap Muslim Ayub di lokasi, sebagaimana dikutip dari sokoguru.id.
7 KLOTER JAMAAH ACEH TANPA TENDA, LANSIA PUN TERDAMPAR
Dari total 12 kelompok terbang (kloter) jamaah asal Aceh, sebanyak tujuh kloter dikabarkan belum memperoleh lokasi tenda di Mina, yang merupakan tempat krusial bagi pelaksanaan puncak ritual haji.
Lebih mengkhawatirkan lagi, kata Muslim, sebagian jamaah yang tidak mendapat tempat berlindung terpaksa diangkut ke rumah sakit yang berjarak sekitar 16 kilometer dari lokasi utama. Banyak dari mereka merupakan warga usia lanjut di atas 70 tahun, yang masih harus melaksanakan prosesi ibadah seperti lempar jumrah.
“Ini bukan sekadar persoalan teknis logistik, tapi sudah menyentuh aspek keselamatan jiwa manusia,” tandas Muslim.
KONDISI PENEMPATAN KACAU, KOORDINASI WILAYAH TIDAK BERJALAN
Ketidakteraturan juga terjadi pada sistem penempatan jamaah di tenda. Distribusi lokasi dilakukan tanpa koordinasi antardaerah, mengakibatkan situasi yang tidak tertib. Tercatat, jamaah dari Jawa Barat ditempatkan di wilayah Maluku, dan sebaliknya, menyebabkan ketidakteraturan dalam pelayanan logistik dan pengawasan.
“Jamaah Aceh pun tersebar di berbagai titik yang tidak terkoordinasi. Ini mengganggu sistem penyaluran makanan, pemantauan kesehatan, dan pengawalan ibadah,” tambahnya.
PIHAK PENYEDIA LAYANAN ASAL SAUDI DIDUGA ABAIKAN TANGGUNG JAWAB
Kritik tajam juga diarahkan kepada syarikat (perusahaan layanan haji) asal Arab Saudi, yang disebut melepaskan tanggung jawab pelayanan. Beberapa perusahaan bahkan dilaporkan menolak mengangkut jamaah, sehingga membebani Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) asal Indonesia.
“Kalau syarikat mogok dan enggan melayani, siapa yang akan bertanggung jawab bila ada jamaah yang pingsan atau bahkan meninggal?” tegasnya dengan nada prihatin.
DISTRIBUSI MAKANAN JUGA KACAU, JAMAAH SERING TIDAK MAKAN TEPAT WAKTU
Selain masalah akomodasi, sistem pembagian konsumsi juga menjadi sorotan utama. Banyak peserta haji mengeluhkan keterlambatan pembagian makanan, bahkan ada yang tidak menerima jatah makan sesuai waktu yang seharusnya.
Distribusi logistik pangan dinilai amburadul, tanpa skema pembagian yang terorganisir dengan baik. Hal ini makin menyulitkan jamaah, terutama mereka yang dalam kondisi fisik lemah akibat cuaca ekstrem dan jadwal ibadah yang padat.
[RED]