JAKARTA, 11 Mei 2025 – RESKRIMPOLDA.NEWS
Perusahaan multinasional terkemuka asal Jepang, Panasonic Holdings Corporation, secara resmi mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 10.000 orang tenaga kerja secara global, yang mencakup kurang lebih 4 persen dari total jumlah karyawan perusahaan tersebut.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang Panasonic untuk menata ulang struktur usaha, menyusul keputusan perusahaan guna menghapus unit bisnis yang dinilai stagnan dan tidak lagi memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan.
Langkah Efisiensi, Restrukturisasi Biaya Hampir Rp14 Triliun
Dalam keterangan resminya, manajemen Panasonic menyatakan bahwa program restrukturisasi ini akan menelan biaya hingga 130 miliar yen, atau setara dengan sekitar US$ 895 juta (lebih dari Rp 13,9 triliun). Dana tersebut akan dialokasikan untuk proses PHK, penyesuaian aset, serta evaluasi ulang terhadap lini usaha yang kurang produktif.
Distribusi PHK: Jepang dan Luar Negeri Sama Besar
Menurut laporan resmi dari Panasonic, sebanyak 5.000 pekerja di Jepang akan terdampak kebijakan ini, disusul oleh 5.000 karyawan lainnya di luar negeri. Proses efisiensi ini dijadwalkan berlangsung secara bertahap dan diproyeksikan selesai dalam tahun fiskal berjalan yang berakhir pada Maret 2026.
Pemasok Tesla, Tapi Fokus Ulang Bisnis
Meski dikenal sebagai salah satu pemasok utama baterai lithium-ion bagi perusahaan otomotif Amerika Serikat, Tesla Inc., Panasonic menegaskan bahwa keputusan PHK ini merupakan bagian dari langkah menyeluruh untuk mengoptimalkan sumber daya, bukan karena kinerja buruk pada sektor tertentu.
“Kami melakukan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh portofolio usaha. Unit-unit yang tidak memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang akan ditinjau ulang atau dihentikan operasinya,” ujar juru bicara resmi Panasonic Holdings dalam pernyataan tertulisnya.
Fokus Baru: Inovasi & Keberlanjutan
Langkah rasionalisasi ini diambil seiring komitmen Panasonic untuk mengarahkan fokus pada sektor yang dinilai lebih strategis, seperti energi terbarukan, teknologi lingkungan, dan digitalisasi industri.
“Kami menempatkan keberlanjutan dan efisiensi sebagai prioritas utama dalam setiap strategi bisnis ke depan,” lanjut pernyataan perusahaan.
[REDAKSI]